//

Nasionalisme terkait sepak bola: Hasil pertandingan sepak bola mempengaruhi tingkat kebanggaan dan kebahagiaan nasional bangsa

Di Jerman, sepak bola menjadi lebih dari sekedar kontes olahraga: Sepak bola juga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi sikap kolektif, identitas, dan mengubah citra nasional. Ini adalah nasionalisme terkait pada sepak bola.

108 terbaca

Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar, salah satu acara olahraga terbesar di dunia, sudah dimulai. Terlepas dari kontroversi politik seputar negara tuan rumah, jutaan orang di negara asal saya di Jerman โ€“ dan di negara-negara lainnya yang sangat terobsesi dengan sepak bola โ€“ mereka sangat menantikan turnamen tersebut. Di Jerman, karena (hampir) seluruh masyarakat menonton tim nasional, sepak bola menjadi lebih dari sekadar pertandingan olahraga: Sepak bola juga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi sikap dan identitas kolektif. Ini disebut nasionalisme terkait sepak bola, dan ini menjadi fokus penelitian saya di Universitas Giessen.

Sepak bola mempengaruhi tingkat kebanggaan dan kebahagiaan nasional di Jerman

Berdasarkan studi panel longitudinal seputar satu pertandingan besar sepak bola sebelumnya, yaitu kejuaraan UEFA EURO, kami menemukan bahwa orang Jerman menjadi semakin patriotik dengan setiap kemenangan tim Jerman.

Untuk mempelajari apakah dan bagaimana sikap pada orang Jerman berubah selama turnamen sepak bola internasional, kami bertanya kepada sampel yang mewakili populasi jerman sebanyak tiga kali: sebelum, selama, dan setelah pertandingan sepak bola. Tingkat dorongan kebanggaan nasional ditemukan di sebagian besar penduduk โ€“ khususnya, pada semua orang yang mengikuti siaran langsung pertandingan tim Jerman. Peningkatan ini sangat besar, terutama di kalangan penggemar sepak bola yang bersemangat dan disebut sebagai 'patriot sepak bola', yang sangat terlibat secara emosional selama kompetisi berlangsung. Namun, kebanggaan patriotik tidak banyak berubah di kalangan minoritas Jerman yang tidak mengikuti turnamen tersebut. Pola serupa juga muncul dalam analisis tingkat kebahagiaan kolektif: warga Jerman lebih bahagia dan bangga selama UEFA EURO dibandingkan dengan periode sebelum dan sesudah turnamen.

Apakah orang-orang Jerman rajin, disiplin dan team player?

Selain pertandingan sepak bola yang meningkatkan kebanggaan dan kebahagiaan nasional, sebuah makalah baru-baru ini yang diterbitkan dalam Jurnal Masyarakat dan Olahraga Eropa menunjukkan bahwa menonton pertandingan juga mempengaruhi atribut apa dan karakteristik orang Jerman yang diasosiasikan dengan negara mereka.

Selama turnamen, penggemar sepak bola mengaitkan negara mereka sendiri jauh lebih kuat pada konsep ketekunan, disiplin, semangat tim, atau kejujuran daripada karakter yang mereka lakukan sebelum turnamen. Karakteristik ini sejalan dengan stereotip tradisional tentang bangsa Jerman, dan sering muncul dalam siaran sepak bola. Misalnya, penelitian tentang siaran sepak bola menunjukkan bahwa komentator sering menggambarkan tim nasional Jerman, serta pemain individu Jerman, sebagai terorganisir, disiplin, dan efisien, sedangkan mereka secara stereotip menggambarkan pemain Brasil, misalnya, sebagai individualis yang suka bermain dan kreatif. 

Gambar 1: Nilai-nilai โ€œJermanโ€ tradisional (seperti ketekunan, disiplin, dan kejujuran) yang diasosiasikan dengan bangsa Jerman selama kejuaraan sepak bola UEFA EURO (t1=sebelum acara, t2=selama acara, t3=setelah acara)

Nilai-nilai dan kebajikan ini melekat pada kategori bangsa dan karenanya mengubah arti yang terkait dengan bangsa, seperti yang ditunjukkan oleh studi baru ini. Dengan kata lain, sepak bola mengisi kategori bangsa dengan imajinasi normatif tentang siapa 'kita'.

Perkara media: Menambahkan dosis ekstra nilai-nilai dan afektivitas pada olahraga

Studi dari Amerika Utara telah menunjukkan bahwa liputan TV tentang acara olahraga internasional mengandung bias nasionalistik. Misalnya, penyiar dari Amerika Serikat (AS) menghubungkan kemenangan medali atlet AS selama Olimpiade secara signifikan lebih sering dengan kebajikan seperti kecerdasan, keberanian, atau usaha, sedangkan kemenangan atlet asing dihubungkan menjadi hasil dari kehebatan fisik mereka yang dianggap superior. Oleh karena itu, liputan media tentang olahraga elit cenderung menginterpretasikan kesuksesan dan prestasi atlet domestik sebagai hasil dari karakter positif, prestasi dan usaha dan bukan hanya faktor fisiologis. 

Namun, bukan hanya nilai yang diproduksi oleh siaran olahraga. Mereka juga menambahkan keefektifan pada olahraga elit. Pembingkaian media khusus olahraga bermaksud untuk menyalakan emosi. Misalnya, pemberitaan tentang latar belakang pribadi atlet domestik menciptakan kedekatan dan keakraban dengan para penonton; dengan demikian, pemirsa merasa seperti mereka 'mengenal' para atlet elit ini. Demikian pula, teriakan 'gol' yang sering terdengar dari seorang komentator sepak bola yang bertujuan untuk menyebarkan drama pertandingan dari stadion ke ruang tamu di rumah. Bentuk-bentuk presentasi ini meninggalkan kesan bagi penerimanya: Penonton semakin bersemangat. Temuan eksperimental menunjukkan bahwa keterlibatan emosional merupakan prasyarat penting untuk mengembangkan kebanggaan nasional terkait olahraga.

Secara bersama-sama, representasi media tentang olahraga tampaknya memainkan peran penting dalam membangun citra dan identitas nasional, hanya dengan mereproduksi stereotip nasional dan menambahkan narasi emosional dan sarat dengan nilai yang terkait dengan suatu bangsa.

Apakah Piala Dunia Qatar melanggar peringkat?

Lalu apa artinya untuk Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar? Banyak pengamat akan setuju bahwa keadaan Piala Dunia tahun ini jauh dari normal. Setidaknya di belahan bumi Barat, negara tuan rumah dipandang dengan sikap skeptis. Misalnya, laporan tentang standar tenaga kerja eksploitatif dan berbahaya di lokasi konstruksi stadion ada di mana-mana dalam wacana saat ini dan media terkemuka telah mengambil sikap yang sangat kritis terhadap perkara tersebut. Aktivis politik bahkan menyerukan boikot, dan seruan ini ternyata sangat disetujui. Oleh karena itu, emosi gagal emainkan peran karena banyaknya sikap kritis terhadap tuan rumah.

Gambar 2: Gambar kerumunan penggemar yang merayakan di bawah sinar matahari mungkin tidak akan terlihat di Piala Dunia Musim Dingin
Hak cipta: Renรฉ Stark, diterbitkan di bawah CC BY-SA 3.0 lisensi

Waktu tertentu pada tahun juga bisa berperan penting. Orang Jerman, misalnya, biasa merayakan perayaan sepak bola di taman bir di bawah sinar matahari pada bulan Juli. Suasana gembira dan rasa kebersamaan tentu membantu menciptakan perasaan 'kebersamaan'. Di musim hujan November yang dingin, segalanya akan berbeda: Dengan suhu mendekati nol, mungkin tidak akan ada pesta menonton sepak bola untuk umum. Ini menghilangkan kondisi penting lainnya dalam menyalakan emosional penonton.

Terakhir, kebanggaan nasional tentunya dipengaruhi oleh performa timnas Jerman itu sendiri. Setelah tersingkir secara mengecewakan dari babak penyisihan Piala Dunia 2018 โ€“ sebuah peristiwa yang menghasilkan frustrasi nasional daripada kebanggaan nasional โ€“ membuat harapan sirna. Karena itu, banyak hal bergantung pada hasil turnamen.

Namun, satu hal yang pasti: Juara dunia masa depan โ€“ meski tim hanya beranggotakan 23 orang โ€“ akan membuat seluruh negaranya bangga. Ini adalah kekuatan yang indah dari permainan dunia (Piala Dunia), yang karena popularitasnya, bisa menjangkau massa dengan sangat luas dengan cara yang lebih dari sekedar olahraga.

Michael Mutz adalah seorang profesor di bidang Ilmu Sosial Olahraga di Universitas Giessen, Jerman. Penelitiannya berfokus pada acara olahraga besar internasional, warisan dan dampaknya terhadap masyarakat. Dalam hal ini, ia telah menyelidiki nasionalisme yang berhubungan dengan sepak bola, penggambaran media tentang kemenangan Olimpiade, dan efek integrasi sosial dari klub-klub olahraga. Mutz bekerja di titik temu antara sosiologi, psikologi sosial, dan ilmu politik. Saat ini, Ia mengepalai bagian Sosiologi Olahraga pada Asosiasi Ilmu Olahraga Jerman.

Markus Gerke adalah seorang peneliti kunjungan di Departemen Sosiologi di Universitas Middlebury di Vermont. Penelitiannya berfokus pada bagaimana penggemar dan penonton olahraga secara aktif terlibat dengan olahraga profesional, dan bagaimana olahraga berdampak pada identifikasi kolektif, sikap, nilai, dan pandangan politik dalam populasi. Dia telah menyelidiki nasionalisme yang berhubungan dengan sepak bola, penggambaran media tentang kemenangan Olimpiade, dan politik kelompok penggemar sepak bola yang terorganisir di Amerika Serikat dan Jerman.